NUNUKAN – PT. Sembakung Sumber Energi Lestari (SSEL) bersama China Huadian Hongkong Co., Ltd. (CHDHK) akan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Sembakung dengan kapasitas 250 MW. Itu berdasarkan, Perjanjian Konsorsium yang ditandatangani pada 1 Februari 2024 di Jakarta antara PT. SSEL bersama CHDHK.
Direktur Utama PT. SSEL Ismail Haris menyampaikan konsorsium ini dibentuk dalam rangka pembangunan PLTA Sembakung dengan kapasitas 250 MW yang terletak di Sungai Sembakung, Desa Binter, Kecamatan Lumbis Ogong, Nunukan, Kalimantan Utara.
Ia mengungkapkan, Tim SSEL terdiri dari pengusaha daerah Iskandar Riyanto, salah satu pemilik Kayan Lestari Group yang bergerak di bidang konstruksi di wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Kemudian, Ferry Syauki merupakan mantan Wakil Direktur Bidang Energi Baru dan Terbarukan PT. PLN (Persero), sebagai Direktur Operasional. Dan Anggoro Ario Yudho sebagai Direktur Teknik.
Selanjutnya, CHDHK merupakan sebuah BUMN China yang telah memiliki pengalaman luas di bidang pembangkit listrik dengan berbagai sumber penggerak. Baik Geo thermal, batubara, air, matahari maupun angin.
Kerjasama ini merupakan bagian dari program kerjasama antara Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok dengan Indonesia dalam bentuk Business to Business (B to B), untuk membangun PLTA Sembakung. Dimana kesepakatan kerja ini telah mendapatkan dukungan dari NDRC (National Development & Reform Commission) seperti BAPPENAS di RRT.
“PLTA Sembakung akan menjadi sebuah perusahaan IPP (Independent Power Producer) yang akan menjual listriknya ke PT. PLN (Persero) melalui sistem jaringan Kalseltimtengtara yang selama ini menjadi Backbone bagi penyediaan listrik di seluruh pulau Kalimantan,” jelasnya.
Selanjutnya, sesuai dengan rencana RUPLT 2021-2030 PT. PLN (Persero) akan mengembangkan jaringan Transmisi 500 kV dan 150 kV seKalimantan secara Ter Interkoneksi dengan sistem Grid Borneo. PLTA Sembakung direncanakan dibangun dengan konsep bendungan CFRD (Concrete Face Rock Fill Dam) dengan tinggi 465 meter sampai dengan t70 meter dan ketinggian air mencapai 90 mdpl.
Lebar tapak bendungan selebar 230 meter dan direncanakan setelah selesai dibangun, titik puncak bendungan akan memiliki lebar 350 meter. Dengan kondisi struktur ini, debit air yang didapat akan mencapai 380m?/detik yang mampu membangkitkan listrik sebesar 250MW.
“Listrik yang dihasilkan akan dialirkan ke GI Malinau yang berjarak sekitar 72,5 Km dengan menggunakan Jaringan Kabel Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150kV. Jaringan SUTT ini ditopang oleh 207 Latice Tower, 43 titik tower berada di kawasan Hutan Produksi, dan sisanya berada di wilayah APL,” bebernya.
Adapun permasalahan transportasi adalah salah satu masalah utama dalam pembangunan PLTA Sembakung. Dengan dibangunnya bendungan, maka jalur transportasi sungai dari hilir ke hulu dan sebaliknya akan terputus. Untuk memberikan solusi atas permasalahan ini, Tim telah mendesain sebuah sistem boat lifting yang memiliki konsep seperti lift. Tetapi berada di sungai dan sanggup untuk mengangkat perahu melewati bendungan yang dibangun.
Sehingga, pada akhirnya, jalur transportasi ini akan tetap dapat berfungsi sebagaimana mestinya. “Sementara, terkait masalah pembebasan lahan yang akan terdampak oleh pembangunan PLIA ini, pembebasan lahan akan dilakukan secara bertahap menyesuaikan dengan tahapan pembangunan,” tutupnya.