NUNUKAN – Jumlah Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) di Nunukan terbilang masih minim. Namun, hal ini tidak menjadi penghalang Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Nunukan.
Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Nunukan, Sambiyo menyampaikan tantangan di lapangan saat ini yakni di beberapa kecamatan, tenaga POPT masih sangat terbatas.
Akibatnya, peran mereka sementara digantikan oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) yang ditugaskan membantu petani sekaligus memantau kondisi pertanian di wilayah binaan masing-masing.
“Belum semua kecamatan punya petugas POPT aktif. Karena itu kami titipkan sementara tugas pengawasan kepada para penyuluh,” kata Sambiyo.
Kendati demikian, sebagian besar penyuluh belum memiliki keahlian teknis dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman.
Untuk menutup celah ini, DKPP Nunukan secara bertahap mengirimkan PPL mengikuti pelatihan teknis agar mereka memiliki kemampuan dasar dalam identifikasi dan penanganan dini serangan hama dan penyakit tanaman.
“Kami lakukan pembinaan dan pelatihan secara bergilir. Targetnya, seluruh penyuluh nantinya bisa menjalankan fungsi pengawasan dan pengendalian dasar secara mandiri. Dengan begitu, respon terhadap ancaman di lahan bisa lebih cepat,” ungkapnya.
Menurutnya, hal ini merupakan upaya Pemkab Nunukan dalam menjaga ketahanan pangan daerah, khususnya di kawasan perbatasan yang rawan keterlambatan distribusi bantuan jika terjadi serangan hama secara mendadak.
Selain Krayan, DKPP juga menyiapkan pola serupa di beberapa kecamatan lain seperti Krayan Selatan dan Lumbis Ogong. Pengawasan dan mitigasi dini dinilai sangat penting, mengingat pola tanam padi di wilayah dataran tinggi berbeda dengan daerah pesisir yang lebih mudah dijangkau.
“Krayan adalah wilayah strategis dalam sistem pangan kita di perbatasan. Produksinya menopang ketersediaan beras lokal, sehingga pengawasan dan mitigasi harus terus diperkuat,” tutupnya.