Reporter : Asta Z | Editor : Dewangga
TANJUNG SELOR – Perayaan Hari Buruh Internasional 2025 dimanfaatkan warga Kampung Baru sebagai ajang menuntut keadilan dan perlindungan terhadap ruang hidup. Puluhan warga yang tergabung dalam GKBM Berjuang dan Pemuda Kampung Baru melakukan aksi damai di Tugu Cinta Damai Tanjung Selor.
Mereka menyampaikan aspirasi terkait dampak negatif dari keberadaan Proyek Strategis Nasional (PSN) Kawasan Industri Hijau Indonesia (KIHI) di wilayah mereka. Sejak proyek itu dimulai, konflik agraria dan berbagai persoalan sosial semakin meningkat.
Warga menyoroti tumpang tindih lahan seluas 7.800 hektar yang dulunya milik masyarakat dan kini dikuasai perusahaan. Proses peralihan hak tanah itu berlangsung tanpa partisipasi warga dan tanpa adanya ganti rugi atau kompensasi.
Lahan yang diambil paksa oleh PT BCAP kemudian diambil alih oleh PT KIPI dan dimanfaatkan untuk pembangunan industri. Aktivitas perusahaan itu menyebabkan kerusakan lingkungan, rusaknya akses jalan, serta menyulitkan nelayan melaut.
Warga juga mengalami tekanan psikologis akibat intimidasi dan kriminalisasi oleh aparat keamanan yang berpihak pada perusahaan. Situasi tersebut memperparah ketimpangan sosial dan membuat masyarakat semakin terpinggirkan dari kampungnya sendiri.
“Proyek besar ini hanya janji kosong yang ujung-ujungnya merampas tanah dan laut kami,” ujar Nasrul, aktivis PLHL. Ia menambahkan bahwa tidak ada akses layanan dasar dan anggaran pembangunan yang masuk ke wilayah Kampung Baru.
“Ekonomi kami justru dibunuh pelan-pelan, karena pekerja perusahaan dilarang tinggal di kampung ini,” kata Fika, warga Kampung Baru. Menurutnya, masyarakat dipaksa menyerah karena semakin sulit menjalankan usaha dan mempertahankan kehidupan.
Warga meminta pemerintah mengevaluasi penerbitan HGU dan HGB yang menindih tanah masyarakat tanpa konsultasi publik. Mereka juga menuntut perlindungan hukum, jaminan tidak direlokasi, dan pengakuan atas hak laut dan pesisir mereka.
Aksi tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Kampung Baru tidak tinggal diam atas ketidakadilan yang menimpa mereka sejak hadirnya PSN. Mereka berkomitmen untuk terus memperjuangkan hak hidup, ruang usaha, dan tanah leluhur mereka.